Cara Membedakan Ular Berbisa dan Tidak Berbisa
Cara Membedakan Ular Berbisa dan Tidak Berbisa: Panduan dan Contoh
Mengenali apakah ular berbisa atau tidak bisa menjadi pengetahuan penting yang dapat menyelamatkan nyawa. Berikut adalah panduan praktis untuk membedakan ular berbisa dan tidak berbisa beserta beberapa contoh spesies.
Tanda-tanda Fisik Ular Berbisa dan Tidak Berbisa
Meskipun tidak ada aturan mutlak yang berlaku untuk semua jenis ular, beberapa tanda fisik dapat membantu Anda membedakan antara ular berbisa dan tidak berbisa.
1. Bentuk Kepala
Ular berbisa sering membuat orang takut karena beberapa jenisnya memiliki bisa yang berbahaya. Namun, tidak semua ular berbahaya, anda dapat membedakannya dengan melihat bentuk kepalanya. Sekarang kita akan mempelajari lebih lanjut. Kepala ular berbisa biasanya berbentuk segitiga atau menyerupai panah. King Cobra (Ophiophagus hannah), yang memiliki kepala lebar dan leher yang relatif lebih sempit, memberikan tampilan segitiga, adalah contoh dari kepala jenis ini karena kelenjar bisa yang menonjol di belakang mata dan memberikan tampilan yang lebih lebar pada bagian kepala daripada lehernya. Sebaliknya, ular yang tidak berbisa biasanya memiliki kepala yang lebih bulat atau oval. Kepala mereka lebih kecil dari lehernya, memberikan tampilan yang lebih halus. Salah satu contohnya adalah ular sanca (Python reticulatus), yang memiliki kepala oval dan garis-garis unik di seluruh tubuhnya. Ular-ular ini tidak berbisa dan lebih suka melumpuhkan musuh dengan kekuatan.
2. Mata
Ular berbisa biasanya memiliki pupil yang berbentuk seperti celah atau elips vertikal, mirip dengan pupil kucing, yang membantu mereka berburu di malam hari, memberi mereka keuntungan dalam penglihatan malam. Salah satu contohnya adalah ular viper (Bothrops asper), yang memiliki mata dengan pupil elips vertikal yang tajam, membuatnya tampak lebih menakutkan. Jenis ular ini sangat umum di Amerika Tengah dan Selatan, dan mereka terkenal dengan bisanya yang mematikan. Sebaliknya, ular tidak berbisa umumnya memiliki pupil bulat. Pupil bulat lebih umum ditemukan pada ular yang berburu di siang hari. Contohnya, Ular Garter (Thamnophis spp) memiliki mata dengan pupil bulat yang lebar. Ular tidak berbisa ini ditemukan di dalam dan dekat aliran hulu sungai yang sejuk dan jernih di Barat Daya.
3. Gigi
Ular berbisa biasanya memiliki gigi taring yang panjang dan berongga atau bergalur yang digunakan untuk menyuntikkan bisa ke mangsanya. Gigi taring ini biasanya terletak di bagian depan rahang atas. Contohnya, ular kobra (Naja spp) memiliki gigi taring yang cukup panjang dan bisa terlihat saat mereka membuka mulut. Kobra menggunakan gigi taringnya untuk menyuntikkan bisa yang sangat berbahaya ke mangsanya. Namun, ular yang tidak berbisa umumnya memiliki gigi yang lebih kecil dan tidak berongga. Gigi mereka digunakan untuk menangkap dan memegang mangsa, bukan menyuntikkan bisa. Sebagai contoh, rahang ular jagung (Pantherophis guttatus) memiliki gigi yang kecil dan terdistribusi secara seragam. Jinak dan tidak berbisa, membuat ular ini sangat terkenal di Amerika Serikat sebagai hewan peliharaan yang populer. Ular sanca (Python spp) juga dipersenjatai dengan gigi kecil dan kuat yang mereka gunakan untuk menahan mangsa sebelum melilitnya.
4. Warna dan Pola Kulit
Ular berbisa seringkali memiliki warna dan pola kulit yang mencolok sebagai peringatan bagi predator. Pola yang mencolok ini dikenal sebagai aposematisme, yang bertujuan untuk memberi tahu hewan lain bahwa mereka berbahaya. Contohnya, ular karang (Micrurus spp) memiliki pola belang berwarna merah, kuning, dan hitam yang sangat mencolok. Pola ini membuatnya mudah dikenali dan dihindari oleh predator. Di sisi lain, ular tidak berbisa biasanya memiliki warna dan pola yang lebih sederhana dan kurang mencolok. Pola ini membantu mereka berkamuflase di lingkungan sekitarnya untuk menghindari predator. Contohnya, ular hijau (Philodryas spp) memiliki warna hijau merata tanpa pola, membantu mereka menyatu dengan habitatnya di hutan.
Perilaku Ular Berbisa dan Tidak Berbisa
Selain tanda-tanda fisik, perilaku ular juga dapat memberikan petunjuk tentang apakah ular tersebut berbisa atau tidak.
1. Sikap Bertahan
Jika ular berbisa merasa terancam, mereka cenderung menunjukkan perilaku agresif karena memiliki senjata alami yang mematikan. Mungkin mereka akan mengangkat bagian depan tubuh mereka, membuka lapangan mulut, dan menampakkan taring-taringnya. Misalnya, ular kobra (Naja spp) terkenal karena mampu mengangkat sepertiga tubuh mereka dan memperlebar leher berbentuk tudung saat merasa dalam bahaya. Mereka juga dapat mengeluarkan deruman yang keras sebagai peringatan. Di sisi lain, ular derik (Crotalus spp) akan menggetarkan ekornya yang berderik untuk memberi sinyal bahwa mereka siap menyerang jika diperlukan. Namun, ular yang tidak berbisa lebih sering cenderung melarikan diri atau menyamar ketika merasa terancam. Mungkin mereka akan berusaha melarikan diri dan mencari perlindungan atau menyembunyikan diri di tengah-tengah tumbuhan. Misalnya, ular garter (Thamnophis sirtalis) sering kali akan mencoba bersembunyi di bawah dedaunan atau masuk ke dalam air ketika merasa terancam. Mereka juga bisa memancarkan aroma tak sedap dari kelenjar di sekitar ekor mereka agar dapat mengusir predator.
2. Habitat
Ular berbisa yang memiliki racun sering ditemui di berbagai jenis habitat termasuk hutan, padang rumput, dan daerah dengan banyak semak belukar. Mereka bisa beradaptasi dengan baik dalam mencari mangsa dan memilih tempat berlindung yang cocok bagi mereka. Misalnya, ular derik (Crotalus spp) sering kali dijumpai menghuni padang rumput dan daerah berbatu di Amerika Utara. Mereka memilih habitat ini karena banyak terdapat mamalia kecil sebagai sumber makanan utama mereka. Ular ini dapat menyamarkan diri di antara batu-batu dan vegetasi dengan menggunakan warna kulitnya yang cokelat atau abu-abu. Namun, ular tidak berbisa memiliki kemampuan yang lebih luas untuk memilih habitatnya, seperti hutan hujan, padang rumput, gurun, bahkan lingkungan perkotaan. Mereka mampu beradaptasi dengan aneka kondisi lingkungan guna mencari makanan dan tempat perlindungan. Misalnya, ular tikus (Pantherophis obsoletus) aslinya hidup di hutan-hutan, padang rumput, dan daerah berbatu di Amerika Utara, namun saat ini juga sering ditemukan di lingkungan perkotaan dan pedesaan. Ada variasi warna kulit pada ular ini, termasuk pola belang yang unik, sehingga membantu mereka menyamarkan diri di sekitar lingkungan.
Contoh Ular Berbisa dan Tidak Berbisa
Ular Berbisa
Kobra (Naja spp)
Habitat: Asia dan Afrika
Tanda: Kepala segitiga, pupil vertikal
Ular Derik (Crotalus spp)
Habitat: Amerika Utara dan Selatan
Tanda: Ekor berderik, pupil vertikal
King Cobra (Ophiophagus hannah)
Habitat: Asia Tenggara
Tanda: Kepala besar, bisa sangat kuat
Ular Karang (Micrurus spp)
Habitat: Amerika Utara dan Selatan
Tanda: Pola warna mencolok (merah, kuning, hitam)
Ular Tidak Berbisa
Ular Garter (Thamnophis spp)
Habitat: Amerika Utara
Tanda: Kepala oval, pupil bulat
Ular Tikus (Pantherophis spp)
Habitat: Amerika Utara
Tanda: Kepala oval, pupil bulat
Ular Sanca (Python spp)
Habitat: Asia, Afrika, Australia
Tanda: Tubuh besar, tidak berbisa
Ular Air (Nerodia spp)
Habitat: Amerika Utara
Tanda: Kepala oval, pupil bulat
Kesimpulan
Mengetahui cara membedakan ular berbisa dan tidak berbisa sangat penting untuk keselamatan. Dengan memperhatikan tanda-tanda fisik dan perilaku, Anda dapat mengurangi risiko gigitan ular yang berbahaya. Jika Anda menemukan ular yang tidak dikenal, sebaiknya menjaga jarak dan memanggil ahli untuk penanganan lebih lanjut. Beberapa ular ada di Zoomanji Bandung loh, yuk langsung datang ke Zoomanji Bandung di Jalan Dago Giri KM 2.2 Mekarwangi Lembang Bandung.
Sumber
National Geographic.
Encyclopedia Britannica.
Animal Diversity Web.
Reptiles Magazine.
Smithsonian’s National Zoo & Conservation Biology Institute.